Islam adalah agama yang kaaffah. Islam mengatur segala sesuatunya dalam kehidupan dan tidak ada yang terlewatkan. Salah satu hal yang diatur dalam islam adalah sikap tidak meremehkan orang lain. Bahkan sekalipun terhadap orang yang dibawah kita baik dari segi umur, status sosial, ekonomi, jabatan dan lainnya. Tetapi terkadang hal ini masih banyak orang yang meremehkan orang lain dan sikap meremehkan ini bisa dilihat dari ucapan,tingkah laku, gerak tubuh dan lainnya.
Rasulullah Saw pernah suatu ketika tidak memperdulikan atau bermuka kurang menyenangkan dihadapan abdullah bin ummi maktum ketika kedatangan para pembesar Quraysi hal ini disebutkan dalam tafsir ibnu katsir “ pada sautu hari Rasulullah Saw berbicara dengan beberapa pembesar Quraisy yang sangat beliau harapkan keislamannya.
Saat itu datanglah ummu
maktum yang telah masuk islam terlebih dahulu, dia bertanya kepada Rasulullah
Saw tetapi beliau hanya menoleh karena tidak ingin waktunya tersita demi
mengajak para pembesar Quraisy. Sehingga beliau bermuka masam dan berpaling
dari ummu maktum. Maka turunlah ayat “
عبس و تولى ان جاءه الأعمي وما
يدريك لعله يزكي
dia Muhammad bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadany, tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan dirinya dari dosa. Yakni berkenaan dengan penyucian dirinya, atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya, atau mengenai nasihat atau nasihat atau mencegah diri dari yang diharamkan.
“adapun
orang yang dirinya merasa serba cukup kamua melayaninya” yaitu
pembesar-pembesar Quraysi yang sedang dihadapi Rasulullah Saw yang
diharapkannya dapat masuk islam. Mereka kamu layani dan berpaling dari ummu
maktum.
Abu ya’la meriwayatkan dari Anas ra. Tentang surat abasa’ ibnu
ummu maktum menghadap Rasulullah Saw sedangkan beliau sedang berbicara dengan
Ubay bin Khalaf, Rasulullah berpaling dari ibnu ummu maktum maka turunlah surat
‘abasa’ setelah itu Rasulullah memuliakan ibnu ummu maktum.(hr. Abu ya’la)
Maka dari kisah ini menjadi pelajaran bagi kita agar kita tidak
meremehkan orang lain. Karena ketika kita suka meremehkan orang lain pada
dasarnya kita juga meremehkan diri sendiri ketika kita merendahkan orang lain
pada hakikatnya kita juga meremehkan diri sendiri.: Jangan Pernah Meremehkan
Kebaikan walau sedikitpun, mungkin kebaikan tersebut merupakan sebab terbesar
seseorang masuk ke dalam surga dan kekal di dalamnya.
عنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِىَ النَّبِىُّ -صلى
الله عليه وسلم- « لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى
أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».
Artinya: “Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan kamu
sekali-kali meremehkan dari kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) kamu bertemu
dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum.” HR. Muslim.
Dan jangan pernah
meremehkan dosa walau sedikitpun, mungkin dosa tersebut merupakan sebab
terbesar seseorang masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ إِنَّكُمْ
لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ إِنْ
كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنَ
الْمُوبِقَاتِ.
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata: “Sesungguhnya kalian mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dia
adalah lebih tipis dibandingkan rambut dalam penglihatan kalian, sungguh kami
dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menganggapnya termasuk
dari dosa-dosa (besar) yang membinasakan.” HR. Ahmad dan Bukhari.
Sahabat rumah sakit yang dirahmati Allah..........
Mari kita perbaiki diri jangan sampai
amalan-amalan kita hangus karena kita sering meremehkan orang lain dan
merendahkan orang lain. Kita gunakan amanah nikmat kesehatan ini untuk
memperbanyak kran-kran amal kita.
Wallohu a’lam bi alshawab (oleh Muslihudin)